Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

New Normal, Hanie Hananto dan 2 Desainer Lokal Ubah Strategi

image-gnews
Hannie Hananto mengusung tema Generasi Micin dalam penutupan Muslim Fashion Festival atau Muffest 2020 di Jakarta, Ahad, 23 Februari 2020. TEMPO/ Eka Wahyu Pramita
Hannie Hananto mengusung tema Generasi Micin dalam penutupan Muslim Fashion Festival atau Muffest 2020 di Jakarta, Ahad, 23 Februari 2020. TEMPO/ Eka Wahyu Pramita
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesian Fashion Chamber atau IFC, asosiasi non profit yang terdiri dari 250 anggota di 12 wilayah di Indonesia, mengalami dampak yang sangat drastis akibat pandemi Covid-19. Namun, di balik situasi ini, mereka melihat peluang yang muncul, dari mulai permintaan pasar yang relevan dengan pandemi juga cerita cerita menarik, bagaimana desainer lokal ini mampu bertahan, bahkan justru mendapatkan hal positif di saat krisis ini.

Salah satunya dialami desainer Hannie Hananto. "Ketika wabah corona ini pertama kali diumumkan oleh pemerintah cukup kaget namun tidak lama langsung mengambil tindakan awal lebih dulu," ucap Hannie dalam konferensi pers online Indonesian Fashion Chamber, Senin 22 Juni 2020.

Langkah pertama yang diambil Hannie Hananto adalah menyiapkan infrastruktur penjahit di Sumedang, Jawa Barat, karena ia memprediksikan kasus ini kemungkinan lama dan mengubah semua sistem. Sistem yang diterapkan adalah bahan baku dan gambar dikirim ke Sumedang, lalu setelah selesai dijahit dikirim lagi ke Jakarta. 

Selain mengubah sistem pekerjaan, Hannie pun harus merelakan fashion show dan bazaar di Makssar ditunda meski sudah menyiapkan koleksi yang cukup banyak. Koleksi tersebut pun dijual di media sosial Instagram dan Tik Tok. Tak hanya itu, dia juga merilis koleki masker kain yang sesuai dengan gaya desain mereknya. 

Efek pandemi juga dirasakan Riri Rengganis, omset usahanya menurun hingga 80 persen. Karena mal ditutup, ia kemudian mempromosikan koleksinya melalui Whatsapp. "Tapi apa yang terjadi, mereka “curhat” balik karena kondisi mereka pun sedang tidak memungkinkan untuk berbelanja. Maka dari situ saya segera hentikan broadcast ke pelanggan, karena takut terkesan “tidak sensitif” terhadap situasi mereka,"ucap Riri.

Riri Rengganis lalu mengubah fokus usahanya dengan menjual tekstil tradisional Indonesia tetapi juga menawarkan jasa jahit dengan konsep tanpa potong. Selain itu, dia merilis koleksi masker dengan desain yang bisa dipadankan dengan koleksi lama supaya bisa ditawarkan ke semua pelanggan loyal.

Cerita lain datang dari desainer IFC asal Aceh Khairul Fajri. Menurutnya jika sektor bisnis fashion khususnya yang memproduksi sendiri produknya atau minimal memiliki mesin jahit merupakan sektor bisnis yang paling mampu untuk bertahan. Ini karena masih bisa memproduksi produk- produk yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan team medis seperti masker dan APD.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Aceh, tidak semua rumah produksi memiliki mesin jahit sekaligus perlengkapan printing kain. Workshop Ija Kroeng miliknya, yang memiliki mesin jahit dan peralatan manual printing mengambil kesempatan ini untuk memproduksi masker berlogo.

"Pada saat itu permintaan masker sangat tinggi sehingga kami batasi per orang bisa membeli 10 pcs. Selain menjual langsung masker berlogo di media sosial dan di workshop, strategi marketing lainya ialah dengan memproduksi sample masker berlogo instansi," ucap Khairul.

Baca juga: Tren Fashion Normal Baru: Rok Crinoline hingga Topi Jaga Jarak

Secara tidak langsung momen ini sangat membantu untuk menyebarkan informasi tentang merek kepada konsumen baru yang selama ini tidak bisa dijangkau, menjaga eksistensi dan menguatkan posisi merek di mata konsumen. Di era new normal ini, Khairul mengungkapkan peluang dan inovasi untuk mereknya, salah satunya membuat masker kain untuk souvenir pernikahan.

"Kami melihat ada peluang dan segera berinovasi lagi memproduksi masker kain bertuliskan nama pasangan pengantin sebagai souvenir, kemudian masker ini akan dibagikan kepada seluruh orang yang akan datang ke acara pernikahan tersebut," pungkasnya.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

36 menit lalu

Produk fesyen Mylea dari Mycotech Lab (MYCL) yang terbuat dari jamur miselium (mycelium). Dok: MYCL
Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.


Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati ilustrasi virus di luar pusat sains regional di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. [REUTERS/Phil Noble]
Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.


Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

2 hari lalu

Ilustrasi wanita mengenakan celana jeans ketat. AP/Alastair Grant
Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.


Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

4 hari lalu

Ilustrasi belanja. Shutterstock
Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.


Tampil Kasual dengan Baju Flanel

9 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee


Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

17 hari lalu

Seorang gadis dengan blus ala boho chic menghadiri Coachella Valley Music & Arts Festival 2016, di Indio, California.  Matt Cowan/Getty Images for Coachella
Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.


Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

22 hari lalu

Victoria Beckham. Instagram.com/@victoriabeckham
Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion


Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

26 hari lalu

Terdakwa kasus pencemaran nama baik, Ahmad Dhani mengenakan peci hitam saat menjalani sidang lanjutan di PN Surabaya, Selasa, 12 Februari 2019. Saat ini Dhani sedang menjalani sidang atas kasus yang terjadi di Surabaya. ANTARA/HO/Ali Masduki
Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.


Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

26 hari lalu

Direktur Utama BRI Sunarso pada Press Conference Pemaparan Kinerja Keuangan Kuartal IITahun 2022 pada Rabu, 27 Juli 2022.
Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

BRI tetap optimistis atas keputusan OJK untuk menghentikan stimulus restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.


BPS: Kunjungan Wisman Februari 2024 Naik 11,67 Persen, tapi Masih Lebih Rendah Dibandingkan Sebelum Pandemi

27 hari lalu

Sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) mengunjungi Pantai Batu Bolong di Badung, Bali, Rabu 3 Mei 2023. Sebanyak 370.832 orang wisman tercatat mengunjungi Pulau Bali pada bulan Maret 2023 atau meningkat 14,59 persen dibandingkan bulan sebelumnya dengan mayoritas wisatawan yang berasal dari Australia, India, dan Singapura. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
BPS: Kunjungan Wisman Februari 2024 Naik 11,67 Persen, tapi Masih Lebih Rendah Dibandingkan Sebelum Pandemi

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman pada Februari 2024.